Karya Tulis bab 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cyberbullying
Seperti yang sudah disebutkan, penulis akan membahas
penyebab dan akibat cyberbullying. Untuk itu, sebagai
acuan pembahasan karya tulis ini, penulis mengambil informasi terkait definisi
yang terdapat pada tema karya tulis ini.
Bullying jika
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti intimidasi, pelecehan, ancaman
yang dilangsungkan baik secara verbal maupun fisik. Cyberbullying diartikan sebagai pelecehan dan penghinaan yang
dilakukan pelaku (bully) kepada
korban di dunia maya (internet).
Berikut
adalah definisi Cyberbullying menurut
para ahli:
1. Menurut
Smith dkk, 2008, Cyberbullying yaitu
perlakuan kasar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang,
menggunakan bantuan alat elektronik yang dilakukan berulang dan terus menerus
pada target yang kesulitan membela diri.
2. Menurut
Bhat, 2008, Cyberbullying adalah
penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, menjadi korban, atau mengganggu
individu atau sekolompok orang.
3. Penindasan
dunia maya adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan
dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet. Intimidasi
dunia maya adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina,
diintimidasi, atau di permalukan oleh anak atau remaja lain melalui media
internet, teknologi digital atau telepon seluler.
4. Menurut
Choria Y, 2014, Cyberbullying merupakan kejadian seorang anak atau remaja
dieje, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain
melalui media internet, teknologi digital, atau telpon seluler.
2.2
Mengapa bisa terjadinya bullying di internet
A. Karakteristik Kepribadian
Kepribadian ini ditinjau dari dalam diri
pelaku dan korban Cyberbullying.
Kedua karakteristik ini saling berkaitan, sehingga memperkuat terjadinya
bullying dalam teknologi komunikasi.
1. Karakteristik
Kepribadian Pelaku
·
Memiliki kepribadian yang dominan, kuat,
dan menunjukan sedikat rasaa empati pada orang lain.
·
Cenderung memiliki sikap positif
terhadap kekerasan dibandingkan anak lainnya.
·
Tidak berani menghadapi resiko karena
perbuatannya sendiri.
·
Memiliki kebutuhan sensasi akan hal-hal
dan pengalaman baru.
2. Karekteristik
Kepribadian Korban/target
·
Rapuh.
·
Lemah.
·
Belum dewasa.
·
Kemampuan dan pengetahuan yang belum
cukup untuk membuat sebuah keputusan secara efektif.
B. Lingkungan
Tentunya perilaku cyberbullying ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Lingkungan keluarga dan sekolah merupakan hal yang krusial dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Pengalaman yang kurang bahagia, ketidakharmonisan
keluarga, kekerasan, dan kurangnya perhatian pada masa kecil bisa menjadikan
orang tersebut sebagai “Attention Seeker”,
dimana orang tersebut melakukan hal-hal apapun agar dirinya diperhatikan.
Situasi lingkungan yang kurang memberikan perhatian menjadikan pelaku tersebut
memiliki pemikiran yang salah. Bahwa melakukan bullying dapat membuatnya diperhatikan dan diakui. Namun, ia
menggunakan media social dan internet untuk mem-bully orang lain karena tidak
berani melakukan secra langsung.
C. Motivasi
Berikut ini ialah
motivasi dan tujuan seseorang melakukan cyberbullying
·
Marah dan sakit hati sehingga ingin
melakukan balas dendam pada orang lain.
·
Memiliki keinginan yang tinggi untuk
mencari hal-hal yang baru yang berbau sensai.
·
Ingin menonjolkan ego untuk menyakiti
orang lain.
·
Merasa bosan karena tidak memiliki
kegiatan dan menganggur.
·
Berusaha mencari hiburan untuk
ditertawakan agar mendapatkan reaksi.
·
Ketakutan pelaku berhadapan langsung
dengan korban/target.
D. Media
Motivasi
diatas ditunjang oleh kecanggihan teknologi pada era globalisasi yang sangat
memungkinkan terjadinya cyberbullying.
Teknologi yang menyediakan ruang untuk memberikan pendapat serta mengizinkan
orang untuk menggunakan akun yang tak bernama. Sehingga, para pelaku dapat
menyamarkan aksi mereka dan membuat rasa aman untuk tidak tertangkap di dunia
nyata. Kecepatan hitungan detik informasi dipublikasikan, disebar, dan dibaca
oleh orang juga menjadikan pemicu maraknya cyberbullying.
2.3 Dampak Cyberbullying di
Indonesia
Tidak hanya di luar negeri cyberbullying terjadi di Indonesia juga
ada, ini sangat berbahaya bagi para anak-anak yang masih sekolah. Dampak-dampak
bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak-anak yang
di-bully, anak-anak yang mem-bully, anak-anak yang menyaksikan bullying. Bahkan sekolah dengan isu
bullying secara keseluruhan. Bullying dapat
membawa pengaruh buruk terhadap mental anak. Pada kasus yang berat, bullying dapat menjadi pemicu tindakan
yang fatal, seperti bunuh diri.
A. Indonesia Memiliki Kasus
Cyberbullying Tertinggi Kedua di Dunia
Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh Letitude News, Indonesia menjadi negara yang memiliki kasus Cyberbullying tertinggi kedua
di dunia setelah negara jepang. Di Indonesia 74 persen kasus Cyberbullying
dilakukan melalui jejaring sosial Facebook dan 44 persen melalui jejaring
sosial lainnya.
B. Dampak Buruk Cyberbullying
1. Dipermalukan
Tujuan para pembuli memang membuat
korbannya jatuh secara mental demi kesenangan diri mereka sendiri. Korban
bullying akan merasa dipermalukan dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidup,
karena di dunia cyber semua materi yang dimasukkan dan berkaitan dengan
bullying tersebut akan selalu ada dan mengusik sang korban. Untuk mendekati korban
bullying.
2. Stres dan Depresi
Mengalami
penghinaan dan tekanan terus menerus akan meningkatkan frekuensi perasaan sedih
dan melakonis yang akan mengarah kepada terbentuknya stres dan depresi pada
korban cyberbullying. Perasaan
bahagia akan sulit dirasakan karena terkikis oleh berbagai kejadian buruk yang
dialami. Jika perlu, korban bullying dapat melakukan terapi psikologi untuk
depresi agar dapat mengatasinya.
3. Menjadi Pelakunya
Seorang
korban bisa saja menjadi pelaku untuk mepertahankan diri ataupun hanya sekedar
meniru. Ia pasti tahu apa yang dapat dijadikan sasaran oleh para pelaku
cyberbullying dan beralih meniru para pelakunya. Bisa saja dengan alasan agar
dirinya dianggap kuat dan terhindar dari penindasan lebih lanjut, ataupun kehilangan
nilai-nilai moralnya sendiri.
4. Prestasi yang Menurun
Hilangnya
minat dan konsentrasi terhadap pelajaran sekolah juga dapat menjadi salah satu
dampak dari cyberbullying. Hal itu
disebabkan karena sang korban terlalu fokus kepada bagaimna cara untuk
mengakhiri rundungan yang ditujukan kepadanya, ataupun juga telah lelah dan
kehilangan semangat untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.
5. Bunuh Diri
Cyberbullying
meningkatkan resiko bunuh diri. Anka-anak di siksa terus menerus oleh
temannya sebaya melalui pesan teks, pesn instan, media sosial dan lainnya
seringkali akan mulai merasa putus asa. Bisa saja mulai berkembang pemikiran
bahwa satu-satunya jalan untuk melepaskan diri adalah dengan bunuh diri.
Banyak
orang tua yang membebaskan pengguna gadget dan internet kepada anak dengan alasan
kemjuan zaman. Memberikan gadget juga sebagai cara mudah untuk menenangkan
anak agar orang tua dapat mempunya waktu untuk diri sendiri. Namun banyak dari
mereka yang tidak menyadari bahaya dibaliknya, dan lupa untuk memberi
pengawasan yang layak saat anak menggunakan gadget.
Pengguna
gadget sesungguhnya memerlukan
kontrol diri yang baik, artinya pengguna gadget
seyogianya telah dapat mengontrol emosinya sendiri sehingga tidak
menyalahgunakan gadget tersebut,
misalnya untuk melakukan cyberbullying.
Oleh sebab itulah, seharusnya para orang tua lebih meningkatkan pengawasan
ketika anak sedang menggunakan gadget
agar anak terhindar dari menjadi korban bullying
maupun menjadi pelaku cyberbullying.
2.4 Bystander Cyberbullying
Dalam
bullying, tidak hanya ada korban atau
pelaku. Tapi juga ada pihak ketiga, yaitu bystander.
Alias penonton yang membiarkan tindakan bullying itu terjadi. Jika di lihat,
bystander ini jumlahnya banyak. Sekilas, bystander tidak memberikan pengaruh
apa-apa, tapi jika dibiarkan, keberadaan bystander yang tidak melakukan
tindakan apa-apa bisa mengakibatkan tindakan bullying ini semakin menjadi-jadi.
Begitu
juga halnya dengan cyberbullying, jumlah bystander ini lebih banyak dan tidak
terdeteksi. Mungkin kita sendiri juga menjadi bystander yang menyaksikan
tindakan bullying tapi tidak melakukan apa-apa.
Sehari-hari,
mungkin kita juga bersikap sama. Diam dan tidak melakukan apa-apa. Tanpa
disadari, kita juga terkena efek dari bullying ini.
Menurut
Conor Mc Guckin, Assistant Professor in
Education di Trinity Collage menyebutkan. “Ada empat kelompok dalam hal ini
: pem-bully, korban, mereka yang ngebully dan menjadi korban di saat yang
bersamaan, serta bystander. Bahkan, remja yang menjadi saksi mata cyberbullying sebagai bystander juga
akan mendapatkan dampak negative. Mereka akan menghadapi dilema, apakah aku
harus mencoba menghentikannya, menolong korban, atau melakukan konfrontasi tapi
juga takut akan menjadi korban selanjutnya.” Jelas Conor Mc Guckin.
A. Peran Bystander Untuk
Menghentikan Perilaku Bullying
·
Ketahuilah bahwa bullying itu tidak
hanya berupa penyerangan secara fisik tapi juga lewat media sosial.
·
Bilang sama pelaku untuk berhenti dan
jangan mau ikut-ikutan. Kamu bisa mengatakan bahwa melakukan bullying atau
ngerjain orang lain itu merupakan perbuatan salah dan tidak keren.
·
Bantulah korban menjauhi pelaku,
misalnya dengan memanggilnya agar mendekati kamu karena ada keperluan
dengannya. Kalau kamu hanya menonton saja, secara tidak langsung kamu meberikan
dukungan tehadap bully.
·
Kalau kamu khawatir turut campur akan
membuat keadaan menjadi semakin buruk bagi korban, pergilah mencari teman yang
sebaya atau orang lain yang dewasa.
·
Bertemanlah dengan korban, ngobrol
dengannya, dan temani pergi dengannya jika korban merasa ketakutan.
·
Jangan melawan pelaku, tidak aman. Lebih
baik carilah bantuan orang lain.
·
Kenalilah lokasi rawan dimana pelakunya
nongkrong. Beritahukan kepada petugas yang berwenang di wilayah tersebut agar
lebih sering mengawasinya.
2.5 Cara Mencegah Cyberbullying
Banyak
pelaku cyberbullying membully orang dengan beberapa alasan. Supaya tidak
terkena bully di media sosial, ada beberapa cara untuk mencegah cyberbullying.
1. Tidak
posting terlalu sering atau terlalu
banyak
Posting
terlalu sering dan banyak bisa mengganggu orang lain. Oleh karena itu, Posting terlalu sering dan banyak dapat
memancing adanya cyber bullying.
2. Hindari
konten posting-an yang aneh
Apapun yang diunggah ke
media sosial, pasti menimbulkan pro dan kontra. Terlebih ketika posting sesuatu
yang dianggap aneh dan mengundang bully, meskipun hanya bully di dalam hati.
Oleh karena itu, sebagai pengguna media sosial, sebaiknya dibatasi mengunggah
konten yang mengganggu.
3. Pintar-pintar
memilih teman di media sosial
Akun media sosial tidak
harus selalu terbuka untuk semua orang. Semakin banyaknya teman di media
sosial, maka anda harus siap-siap dengan banyak komentar yang datang.
4. Tidak
sembarang bercerita di media sosial
Membedakan hal yang
lebih baik diceritakan pribadi atau di media sosial. Karena, perbedaan persepsi
biasanya terjadi di media sosial.
5. Proteksi
akun anda
6. Jangan
pernah memberitahu informasi pribadi apapun tentang anda secara online.
7. Jangan
merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-nunggu reaksi korban.
8. Jangan
membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan pelaku cyberbullying akan
membuat anda ikut menjadi pelaku.
9. Adukan
kepada orang yang dirpercaya. Jika anak-anak menjadi korban, mereka harus
melapor kepada orang tua.
10. Segera
blokir pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam bentuk pesan instan,
teks, atau komentar profil, gunakan tool privasi untuk memblokir pelaku. Jika
terjadi saat chatting, segera tinggalkan chatroom.
A. Cara Mengatasi Kekerasan
Menurut Lutfi Arya di buku Melawan Bullying.
Pertama, siswa lebih suka menggunakan cara menenangkan diri dan bercerita
kepada teman untuk mengontrol kemarahan. Kedua, siswa meyakini cara terbaik
menyelesaikan masalah dan konflik adalah dengan kepala dingin, menggunakan
logika bukan emosi. Ketiga, siswa mengharapkan adanya rasa toleransi dan saling
memahami. Keempat, siswan meyakini menghindari kekerasan adalah cara terbaik
untuk terhindar dari kekersan
Komentar
Posting Komentar